"NASIONALISME
BUAT GUE”
Kata-kata tak pernah habis jadi berarti bila tak ada yang memaknainya.
Mengartikannya-pun menjadi perkara bila kita tak lagi satu persepsi.
Akankah terabaikan saja bahasa pertiwi bila suatu ketika kata-kata
itu menjadi hilang arti? Lalu bila kuteriakkan satu kata padamu,
akankah kita bisa memaknainya dengan sama?
NASIONALISME!!
Coba
pekikkan kata-kata itu bersamaku. Kita pasti bisa satu suara. Kulihat
Ia diteriakkan lantang kala mahasiswa berdemo menerobos batas
amarahnya, para capres, cagub, dan ca-ca lainnya tak habis suara
menarik simpati dengan meneriakkannya. Seakan punya daya magis
kata-kata itu mampu membakar jiwa persatuan. Namun meski suara kita
sama, sudah samakah kita memaknainya?
Aku
tak akan ribut mengenai artinya. Cukup nyalakan barang-barang canggih
yang kalian pegang dan ketikkan kata itu di search
engine browser kalian, maka tak sampai 30 detik kalian
akan dapatkan artinya. Lengkap! Dari tinjauan falsafah, etimologi,
sosiologi, apapun-lah itu. Jadi tak akan kuributkan lagi itu.
Aku
mencoba merenunginya cukup lama. Tak lantas berhasil memaknainya
dengan tepat, namun mari kita dengarkan saja celoteh pikiranku yang
berusaha menggali arti nasionalisme di tiap renggang waktu yang tak
digunakan otakku untuk bekerja:
Aku
sedang berada dalam kereta yang sangat padat sepulang dari
kampus.Pemuda-pemuda berbaju
oranye terang mengepung di sekelilingku, beberapa malah ada yang
membawa boneka macan. Ya, betul! Persija macan kemayoran akan
bertanding sore ini. Sudah bisa dipastikan akan ada berita kerusuhan
di tv malam ini.
Yap!
Betul lagi, itu beritanya, headline news
pukul 12 malam.
'Baru
saja terjadi dua kelompok masa yang saling menyerang. The
Jak
yang baru pulang usai menonton pertandingan Persija di Senayan dengan
kelompok Mahasiswa Universitas Indonesia yang baru saja melakukan
demo mengenai kenaikan BBM di depan gedung senayan. Baku hantam itu
juga diwarnai dengan senjata tajam yang dibawa oleh kedua belah
pihak.'
Berita
ini menghilang keesokan paginya. Tak ada satupun media yang membahas.
Mungkin malu, bagaimana mungkin mahasiswa UI turut dalam amuk masa
yang semacam itu, bahkan membawa senjata tajam. Apa sih yang
diperjuangkan mahasiswa itu? Bukankah ia bilang bergerak atas nama
rakyat? Atas dasar rasa Nasionalisme.
Dan para The Jak itu-pun mengklaim perasaanya membela Persija itu
atas dasar Nasionalisme.
Sampah. Aku akan memilih diam.
Setelah
turun kereta aku mempunyai 2 pilihan, naik angkot yang tidak mau
dibayar Rp1.500 (harus Rp 2.000) atau jalan kaki sekitar 7 menit.
opsi
kedua biasa menjadi pilihanku. Selama perjalanan akan ada tukang
jualan yang mungkin bila diakumulasikan panjang perjalanan yang
ditempuhnya selama ini sudah bisa 2-3 kali keliling dunia. Ada
pemulung, ada keluarga yang tinggal di kolong jembatan di kampung
melayu, dan ada-aku tak bisa mendeskripsikannya. Ia pengamen, tapi
tak menyanyi, ia hanya berkata panjang lebar bicara harga diri namun
intinya minta sedekah, padahal ia sehat tak kurang apapun.- semua
kulihat sama hampir setiap hari. Dimana Nasionalisme
itu? Sampah. Aku hanya tetap diam.
Setelah
menonton berita akan ada film malam.Pilihannya
ada film hollywood
barat, film hantu porno Indonesia, film lama china, atau paling
banter, reality show
horor-hororan. Bolak-balik aku ganti channel.
Bagian
mana yang Nasionalisme? Bosan. Sampah. Aku diam dan tidur.
Aku
bangun pagi.
Cerah. Dimana
aku?
Indonesia. Bahasa
apa yang kupakai?
Indonesia baku sekali dua kali-kalau sedang presentasi, sok Inggris
kadang-kadang, inginnya berbahasa Jepang kalau bisa. Bahasa
daerah-almost never, bahasa gahoelz is
my mother languange.
Darah
yang mengalir di tubuhku? Masih
Indonesia seperti kemarin, sedikit darah India dari pedagang Gujarat
yang dulu singgah di Sumatera untuk berdagang dan menyebarkan
agama-kalau kalian belajar sejarah. Calon
suami? Haha,
masih orang Korea yang itu, kadang-kadang mau sama yang dari Kanada,
atau yang orang Skotlandi itu juga boleh. Cita-cita?
..............
Di
stasiun. Bapak-bapak
pengemis yang tak punya kaki. Kuberi Rp 500 kadang-kadang. Ia pakai
baju yang menarik hari ini.
'SBY
PRESIDENKU. LANJUTKAN!'
Hari
ini aku tak ingin memaknai apapun lagi. Aku ingin menangis saja.
Menangisi semuanya. Aku biarkan pikiran liarku berteriak, memaki
kebodohanku, memaki dunia, memaki semuanya. Sampah. Aku menangis.
Tetap dalam diam.
Aku
bangun pagi.
Selamat pagi Indonesia! Siapa
aku?
Rindi Danika Sari. Dimana
Rumahku?
Jalan Pangrango terusan, No 5b, Jatibening, Bekasi mepet Jakarta-kota
macet, panas, sampah-Indonesia. Orang
mana aku?
Suku Gayo, Aceh, darah Indonesia, ada India-nya sepersepuluh mili.
Bahasa
apa yang kamu pakai?
Tetap ingin bisa bahasa Jepang. Kalau bicara tetap pakai bahasa
gahoelz
dong! Calon
suami?
Haha, masih ditanya juga. Cita-cita?
THE NEXT INDONESIAN LEADER!
Yakin?
Bukti konkritnya? Mahasiswa itu kan makhluk paling bullshit
dan paling banyak omong di muka bumi ini. Mana outputnya? (meminjam
bahasa pak Arif Munandar)
IKUT
UISDP 2012.
Puas?
Belum.
Dimana
Nasionalismenya? Dimana penjelasannya? Mana 'Nasonalisme buat
gue'-nya?
...............
Masih
butuh jawaban?
This
essay is made as an answer for a question from the organizer of
military camp, UISDP 2012.
But
more than that, this essay is made to answer the whole things about
my vision. I still can't give any concrete answer about what is
Nasionalism. This is all about the taste of it, and what can I do to
stick holding the taste.-aish! Not a good words. Just try to be cool
by speaking english-totally failed. :p
Using
foreign languange is doen't mean that you don't have a sense of
nasionalism. It means that you are 'Global Leaders, Indonesian
colours!' Just bring the national with you.
RINDI
DANIKA SARI
FACULTY
OF LAW UNIVERSITY OF INDONESIA
MEMBER
OF :
UNIVERSITY
OF INDONESIA-
STUDENT DEVELOPMENT PROGRAM 2012
STUDENT DEVELOPMENT PROGRAM 2012
hiaaahh dasar galaaaau pake ada calon suami gituuuu
BalasHapus*kenalinmiminildpbaruhaha